Di Masa Lalu, Muslim Kuasai Seni Pembuatan Kertas
Umat Islam di masa lalu sangat dekat dengan seni tulis menulis dan sains atau ilmu pengetahuan umum. Mereka pun menguasai seni pembuatan kertas yang mendukung kemajuan umat Islam di masa lalu.
Dalam artikel berjudul Libraries of the Muslim World (859-2000) yang ditulis Zakaria Virk dan dipublikasikan laman Muslim Heritage dijelaskan bahwa dunia Muslim menguasai seni pembuatan kertas pada abad ke-8 di Persia. Kemudian Muslim membawa dan memperkenalkan alat pembuat kertas ke India dan Eropa.
Setelah kehadiran kertas, selanjutnya perpustakaan umum muncul di Baghdad, Kairo dan Kordoba yang mengoleksi buku-buku berbahan kertas. Karena pada saat itu membuat gambar tidak diperbolehkan maka kaligrafi menjadi salah satu aspek elegan pada buku-buku Islam.
Perpustakaan umum di Dunia Muslim dikenal dengan berbagai nama. Di antaranya Bayt al-Hikmah, Khizanat al-Hikmah, Dar al-Hikmah, Dar al- 'ilm, Dar al-Kutub, Khizanat al-Kutub, Bayt al-Kutub, Kitab-khana di Iran, Kutuphane di Turki. Ada juga perpustakaan madrasah, perpustakaan umum, perpustakaan pribadi, perpustakaan istana, perpustakaan kekaisaran dan perpustakaan yang terhubung dengan rumah sakit.
Baca juga: Terusirnya Portugis dan Munculnya Kerajaan Islam Pertama di Ende
Perpustakaan Arab pertama kali didirikan oleh Umayyah ibn abi Sufiyan seorang Khalifah pertama dari Bani Umayyah yang berkuasa tahun 602 sampai 680 M di Damaskus. Pada masa itu banyak industri buku yang berada di sekitar masjid.
Pada masa itu biasanya perpustakaan kecil menjadi bagian dari bangunan masjid. Di sana mereka menyalin buku-buku dari bahasa Yunani, Pahlavi, Suryani dan Sanskerta ke dalam bahasa Arab.
Sementara, kegiatan ceramah, debat dan diskusi tentang berbagai masalah agama, sains dan filsafat dilakukan di dalam masjid. Masjid juga berfungsi sebagai tempat pengadilan pada masa itu.
Baca juga: Jejak Bangsawan Muslim di Era Kerajaan Majapahit
Menurut catatan pengembara legendaris abad ke-14, Ibnu Batutah (1368 M), pasar penjual buku di Damaskus dekat dengan Masjid Agung Umayyah. Para pedagang di sana menjual buku-buku dan peralatan sastra mulai dari pena buluh, tinta, kulit, lem, kertas kasar hingga kertas halus. Sudah menjadi tradisi seorang Muslim mewariskan koleksi bukunya ke masjid-masjid pada masa itu.
https://muslimheritage.com/libraries-of-the-muslim-world-859-2000/