Kisah Cinta Syaikh Sanan Kepada Wanita Nasrani di Yunani (Bagian 3)

Hikmah  
Gambar Ilustrasi Syaikh Sanan
Gambar Ilustrasi Syaikh Sanan

Pada bagian kedua, Syaikh Sanan yang kasmaran meninggalkan Islam demi wanita Nasrani pujaan hatinya akibat seteguk anggur atau minuman keras (miras). Di bagian ketiga, doa tulus dari para sahabatnya menembus langit, mengundang Nabi Muhammad SAW untuk menemuinya, pasti selesai permasalah.

Dalam kisahnya, Syaikh Sanan adalah orang suci di zamannya, ia memiliki banyak ilmu dan dianugerahi petunjuk lahir dan batin. Sebagian besar hidupnya telah dihabiskan dalam ibadah-ibadah, syaikh tersebut dapat melakukan keajaiban-keajaiban.

Melanjutkan dari kisah sebelumnya, akhirnya kekuatan doa orang-orang yang tulus (sahabat Syaikh Sanan) ini terasa di langit. Para malaikat dan para pemimpin malaikat, serta orang suci yang berjubah hijau di puncak-puncak bukit dan di lembah-lembah, kini berdandan, dengan pakaian berkabung.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Panah doa itu telah mencapai sasarannya. Ketika pagi tiba, angin sepoi-sepoi yang membawa bau kesturi berhembus halus menimpa sahabat setia yang sedang berdoa dalam biliknya, dan dunia pun tersingkap di muka mata batiniyah.

Sahabat Syaikh Sanan itu melihat Nabi Muhammad SAW datang mendekat, gemilang bagai pagi, dua ikal rambutnya tergerai di dadanya, bayang-bayang Tuhan adalah matahari wajahnya, damba seratus dunia terikat pada setiap helai rambutnya. Senyumnya yang ramah menarik semua orang kepadanya.

Sahabat setia itu bangkit dan berkata, “Oh Rasulullah, pemimpin sekalian makhluk, tolonglah kami! Syaikh kami telah sesat. Tunjukkan jalan padanya, kami mohon pada tuan dengan nama Tuhan Yang Maha Tinggi.”

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Oh kau yang melihat segala sesuatu dengan mata batin, berkat usahamu maka hasrat-hasratmu yang suci dikabulkan. Antara syaikh dan Tuhan sudah lama ada noda hitam, aku telah melimpahkan embun doa permohonan dan telah menebarkannya di debu hidupnya. Ia telah bertobat dan dosanya pun terhapus. Kesalahan-kesalahan dari seratus dunia pun dapat lenyap dalam uap saat pertobatan. Jika lautan rasa persahabatan menggerakkan ombak-ombaknya terhapuslah dosa laki-laki dan wanita.”

Sahabat setia Syaikh Sanan berseru gembira, membuat seluruh langit bergetar. Ia berlari menyampaikan kabar gembira itu pada kawan-kawannya, lalu sambil menangis karena gembiranya ia bergegas ke tempat di mana Syaikh Sanan menjaga babi-babinya.

Tetapi Syaikh Sanan itu laksana api, laksana orang yang diterangi cahaya. Ia telah melepaskan tali pinggang Nasraninya, membuang ikat pinggang itu, merobek kerudung kemabukan dari kepalanya dan meninggalkan kenasraniannya. Ia merasa dirinya sebagai semula, dan sambil mengucurkan airmata penyesalan diangkatnya kedua belah tangannya ke langit, segala yang telah ditinggalkannya yakni Alquran, segala kerahasiaan dan ramalan, datang kembali padanya, dan ia pun terbebas dari nestapa dan kebodohannya.

Mereka, para sahabatnya berkata kepada Syaikh Sanan, “Inilah saat bersyukur. Nabi Muhammad SAW telah berdoa untuk tuan. Bersyukurlah pada Tuhan yang telah mengangkat tuan dari lautan kegelapan dan menempatkan kaki tuan di jalan terang.”

Segera setelah itu, Syaikh Sanan mengenakan kembali khirkanya, bersuci dan kemudian berangkat ke Hijaz.

Sementara hal itu terjadi, si gadis Nasrani dalam mimpinya melihat matahari turun kepadanya, dan mendengar kata-kata ini, “Ikuti syaikhmu, peluk agamanya, jadilah debunya. Kau kotor, jadilah suci seperti dia kini. Kau telah membawa dia ke jalanmu, sekarang ikuti jalan yang ditempuhnya.”

Gadis Nasrani itu terjaga, cahaya merekah menerangi jiwanya, dan timbul keinginannya hendak pergi mencari. Tetapi ketika disadarinya bahwa ia seorang diri saja, dan tak tahu jalan, maka kegembiraannya berubah menjadi kesedihan dan ia pun lari ke luar hendak membuang keresahan dalam pikirannya.

Kemudian gadis itu pun berangkat mencari Syaikh Sanan dan murid-muridnya, tetapi dalam keadaan letih dan bingung, bersimbah peluh, ia menjatuhkan dirinya ke tanah dan berseru, “Semoga Tuhan Sang Pencipta mengampuni diriku! Aku perempuan, muak dengan hidup ini. Jangan kecewakan aku lantaran telah menyengsarakanmu karena kebodohanku, dan lantaran kebodohan itu telah banyak kuperbuat kesalahan. Lupakan kejahatan yang telah kuperbuat. Kini aku mengakui kepercayaan yang benar (yakni Islam).”

Suara batin membuat Syaikh Sanan tahu akan seruan itu. Ia pun berhenti dan katanya, “Gadis remaja itu bukan kafir lagi. Cahaya telah datang padanya dan ia telah mengikuti jalan kita. Mari kita kembali. Dapatlah kini mengikatkan diri dengan mesra pada patung pujaan itu tanpa dosa.”

Tetapi sahabat-sahabatnya berkata, “Kini apalah gunanya segala tobat dan penyesalan tuan. Kenapa hendak kembalikah ke kekasih tuan?”

Syaikh Sanan memberitahukan pada mereka tentang suara yang telah didengarnya, dan mengingatkan mereka bahwa ia telah meninggalkan sikapnya yang lama. Maka mereka pun kembali hingga tiba di tempat gadis itu terbaring.

Wajah gadis itu telah berwarna kuning keemasan, kakinya telanjang, pakaiannya koyak-moyak.

Ketika Syaikh Sanan membungkuk kepadanya, gadis itu pingsan. Ketika ia sadar kembali, air matanya jatuh bagai embun dari bunga-bunga mawar, dan ia pun berkata, “Aku merasa begitu malu karena kau. Singkapkan tabir rahasia itu dan ajarkan Islam padaku agar aku dapat berjalan di jalan itu.”

Ketika patung pujaan yang jelita ini akhirnya tergolong di antara orang-orang yang beriman, para sahabat Syaikh Sanan mengucurkan air mata kegirangan. Tetapi hati gadis itu tak sabar menunggu pembebasan dirinya dari kesedihan.

“Oh, syaikh, kekuatanku lenyap. Aku ingin meningggalkan dunia yang berdebu dan bising ini. Selamat tinggal, Syaikh Sanan. Aku mengakui segala kesalahanku. Maafkan aku dan biarlah aku pergi,” ujar Gadis Nasrani yang sudah beriman kepada Islam itu.

Matahari bersembunyi di balik awan, sementara ruh jelita gadis itu melepaskan diri dari jasadnya. Dia, setitik air di lautan khayali, telah kembali ke lautan hakiki.

Kita semua akan berlalu bagai angin, dia telah pergi dan kita pun bakal pergi juga.

Peristiwa-peristiwa demikian sering terjadi di jalan cinta. Ada keputusasaan dan belas kasihan, angan-angan dan kepastian.

Meskipun jasad nafsu tak dapat memahami rahasia-rahasia itu, namun kemalangan tak mungkin memukul lepas bola polo kemujuran. Kita harus mendengar dengan telinga hati dan pikiran, bukan dengan telinga jasmani. Pergulatan jiwa dan jasad nafsu tiada akhirnya. Merataplah! Karena ada alasan buat berduka.

Demikian kisah Syaikh Sanan yang dikisahkan seorang penyair sufi Fariduddin Attar dalam karyanya berjudul Mantiqu’t-Thair atau Musyawarah Burung. Satu di antara banyak hikmah yang dapat dipahami dari kisah ini, mabuk adalah pintu dari segala maksiat dan dosa. Mabuk dalam pengertian luas, mabuk dunia, mabuk cinta, mabuk jabatan, mabuk kekuasaan dan mabuk-mabuk lainnya.

Baca: Kisah Cinta Syaikh Sanan Kepada Wanita Nasrani di Yunani (Bagian 1)

Baca: Kisah Cinta Syaikh Sanan Kepada Wanita Nasrani di Yunani (Bagian 2)

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image