Jari Jawa Raja Muslim Pertama di Ende NTT
Di era lautan masih dijelajahi oleh kapal-kapal layar yang memanfaatkan angin, Pulau Ende di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi tempat singgah para pedagang yang berlayar dari wilayah Jawa, Makassar dan Ternate. Sebagai tempat singgah di masa lalu, Ende menjadi tempat pertemuan orang-orang dari berbagai daerah yang beragam budaya dan agamanya.
Setelah peristiwa terusirnya Portugis oleh umat Islam dan masyarakat Ende. Di duga menjadi awal berdirinya kerajaan Islam di Ende. Meski kerajaannya diduga hanya kerajaan kecil tetapi memiliki peran yang kuat di Ende.
Baca juga: Terusirnya Portugis dan Munculnya Kerajaan Islam Pertama di Ende
Jari Jawa bernama asli Husein Djajadiningrat menjadi raja pertama Kerajaan Islam Ende. Kemungkinan Jari Jawa mempunyai jasa yang besar bagi rakyat Ende. Sehingga dia mendapatkan kepercayaan dan didaulat menjadi pemimpin suku-suku di Ende. Hingga akhirnya menjadi raja pertama Kerajaan Islam Ende.
Peran Jari Jawa di Ende diceritakan dalam jurnal Jejak Kerajaan Islam Ende dan Sejarah Keagamaan di Flores yang ditulis Muhamad Murtadlo. Diterbitkan Jurnal Lektur Keagamaan Kementerian Agama tahun 2015.
Di dalam jurnalnya, Murtadlo menceritakan Jari Jawa menikah dengan putri dari bangsawan Ambu Nggobe. Pasangan suami istri ini nanti menurunkan para raja penerus Kerajaan Ende.
Sementara, berdirinya Kerajaan Islam Ende diperkirakan sekitar tahun 1630 setelah Portugis terusir dari Pulau Ende. Ada juga yang beranggapan berdirinya Kerajaan Ende jauh sebelum tahun 1630. Tapi Murtadlo berpandangan, bisa jadi pengaruh Islam emang benar lebih dulu sampai ke Ende sebelum Portugis membawa agama Katolik.
"Tapi bukti paling meyakinkan dari berdirinya Kerajaan Ende adalah peristiwa-peristiwa seperti keberhasilan penggalangan kekuatan di Ende daratan, keberhasilan mengusir Portugis dari Pulau Ende," kata Murtadlo dalam jurnalnya.
Menurutnya, peristiwa-peristiwa itu menjadi saham besar untuk lahirnya sosok besar di balik peristiwa besar. Jari Jawa kemungkinan adalah sosok besar di balik peristiwa-peristiwa itu. Sehingga sosok bernama asli Husein Djajadiningrat ini dipercaya menjadi pemimpin yang paling berpengaruh di Ende.
Baca juga: Jejak Bangsawan Muslim di Era Kerajaan Majapahit
Sejarawan Islam NTT, Munandjar Widiyatmika menjelaskan, meski Jari Jawa seorang pendatang tapi bisa menjadi raja Ende. Ada beberapa faktor yang membuat pendatang ini bisa menjadi raja, salah satunya melalui jalan pernikahan dengan tokoh lokal.
Munandjar juga meyakini Islam dibawa ke Ende oleh para pedagang dari gugus Makassar, Bima dan Jawa. Selanjutnya pedagang-pedagang dari Jazirah Arab sampai ke Pulau Ende dan membuat Islam semakin dikenal. Tapi, dia meyakini, agama Islam disebarkan ke wilayah Ende oleh Muslim dari wilayah disekitar NTT seperti dari Makassar, Bima, Ternate dan Jawa.
Munandjar juga mengatakan bahwa agama Islam lebih dulu sampai ke wilayah Ende. "Islam lebih dulu sampai ke wilayah Ende, kemudian baru Katolik dibawa oleh Portugis ke wilayah Ende," kata Munandjar saat diwawancarai Republika, 2019.
Sebagai upaya menyebarkan Islam, Munandjar menceritakan, ada tokoh Islam yang menikah dengan bangsawan Ende dalam upayanya memerangi perdagangan budak di Pulau Sumbawa. Artinya melalui cara pernikahan para pendatang bisa mendapatkan tempat di tengah masyarakat setempat.
Menurutnya, penyebaran Islam juga didukung dengan banyak keturunan Muslim dan pedagang Muslim yang menetap di pesisir Ende. "Karena pada masa itu Ende dan Pulau Ende menjadi pusat dagang, selain Ende ada Pulau Solor yang menjadi pusat dagang (dan persinggahan kapal-kapal dagang)," ujarnya.
Menurut cerita, pelantikan Jari Jawa menjadi Raja Ende disetujui oleh para penguasa dalam tanah persekutuan Rowo Rena dan para pendatang seperti Mosa Pio serta teman-temannya. Pelantikan Jari Jawa dihadiri oleh 40 Mosalaki dari pembesar-pembesar Lio.
Baca juga: Mengkaji Makna Spiritual Pada Tokoh Semar Dalam Wayang
Sementara, suku Nggobe bertindak sebagai pelaksana acara pelantikan Jari Jawa. Para pembesar Nusa Besar dari Leke Bai sampai Manggarai diundang untuk menghadiri acara pelantikan raja pertama Ende.
Sejak berdirinya Kerajaan Ende, tidak ada kekuatan asing lain selama kurang lebih 163 tahun. Kerajaan Ende berkuasa tanpa gangguan besar sejak tahun 1630 sampai 1793. Baru pada tahun 1793 Kerajaan Ende menerima kontrak kerja dari Belanda.
Di dalam jurnalnya Murtadlo menerangkan, kehadiran Belanda di sekitar NTT lebih diterima umat Islam dari pada kehadiran Portugis. Karena dalam beberapa kesempatan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) dan kekuatan Muslim bersama-sama melawan Portugis di wilayah NTT, seperti saat merebut benteng Portugis di Lohayong dan Kupang.
Baca juga: Filosofi Semar dan Kisah Umar bin Khattab