Artefak Dari Dunia Islam Banyak Ditemukan di Situs Bongal
Jejak kehidupan masyarakat yang ditemukan di Situs Bongal, Desa Jago Jago, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara berasal dari abad ke-7 hingga ke-10 Masehi. Jejak kehidupan masyarakat di masa lalu itu sedikit demi sedikit mulai terungkap. Hal yang menarik dari temuan-temuan di situs ini adalah artefak-artefak dari dunia Islam sangat dominan.
"Dari temuan temuan yang ada serta pekerjaan ekskavasi yang dilakukan pada tahun 2021 lalu, peninggalan-peninggalan dari dunia Islam sangat dominan di situs ini. Maka kuat dugaan kawasan ini lebih didominasi oleh pemukim Muslim dari Timur Tengah pada masa itu," kata Pakar Arkeologi Islam, Deddy Satria melalui pesan tertulis, Senin (28/2/2022)
Sebelum ekskavasi dilakukan, Deddy telah melakukan survey di seluruh kawasan Situs Bongal dan memetakan penggunaan kawasan Situs Bongal di masa silam.
Level pertama adalah kawasan paling luar dari Situs Bongal, yaitu wilayah yang dekat dengan Sungai Lumut atau Sungai Pinangsuri dalam peta-peta Islam. Level kedua adalah bagian daratan dari Situs Bongal yang berupa teras-teras. Sedangkan level ketiga adalah kawasan puncak-puncak atau bukit-bukit yang padat akan kekayaan hayati dan sumber air. Namun kawasan pada level tiga itu dipastikan tidak dihuni oleh manusia.
Pakar Arkeologi Islam ini meyakini jejak aktivitas manusia berikut kebudayaannya berada pada level satu dan level dua. Dugaannya rupanya tidak meleset, artefak dan kondisi lingkungan yang ditemukan para arkeolog selaras dengan hasil pemetaan awal.
Baca juga: Lempengan Berinskripsi Arab Ditemukan di Situs Bongal Sumatera Utara
Setidaknya sudah 85 titik yang disurvey dalam kegiatan pra ekskavasi ini. Saat melakukan eksplorasi di perbukitan atau pada level tiga Situs Bongal, tim menemukan tiga air terjun. Ketinggiannya sekitar 10 meter, 7 meter dan 5 meter. Selain itu, juga ditemukan banyak anak sungai. Keberadaan air terjun dan banyaknya aliran anak sungai diduga menjadi sumber air bersih di masa silam.
"Anak sungai sangat banyak untuk menyediakan sumber air bersih dan bermineral di Bongal. Pertanyaannya, sebesar apakah penggunaan air bersih di masa lalu. Satu lokasi yang sangat jelas, ditemukan lokasi beberapa lahan kebun," ujar Deddy.
Deddy mengatakan, pada lapis kedua Situs Bongal, tim ekspedisi juga menemukan struktur yang merupakan jejak kebudayaan di masa silam.
Ia menambahkan, tim juga menemukan banyak artefak saat mengeksplorasi lembah-lembah di Situs Bongal yang berada dekat dengan hutan nipah atau kawasan level satu. Di kawasan ini banyak ditemukan fragmen dari perlengkapan-perlengkapan kapal.
Baca juga: Filosofi Semar dan Kisah Umar bin Khattab
Deddy menduga lembah Bukit Bongal di sepanjang Sungai Pinangsori ini dulunya adalah bibir pantai yang ramai dengan aktivitas manusia. Pada bagian lembah dari Bukit Bongal, tim ekspedisi menemukan fragmen-fragmen keramik Changsa, gelang-gelang dari tembaga, serta tembikar berglasir dari dunia Islam.
Penemuan Ekofak dan Tembikar Arab
Di titik penggalian enam dan tujuh, hingga hari keenam tim arkeolog mendapat beragam temuan. Di antaranya temuan ecofak berupa biji-bijian serta gumpalan getah damar. Ditemukan juga fragmen kayu yang sengaja dibuat runcing, dilubangi oleh manusia pada masa itu, dan ditemukan arang kayu. Di titik ini juga ditemukan fragmen tembikar berglasir dan fragmen keramik Changsa.
"Kalau berdasarkan dating relatif, melihat temuan-temuan keramik-keramik abad ke-8 sudah ada kehidupan manusia sini. Tapi kita perlu analisa lebih lanjut karena juga ditemukan arang di lokasi ini," kata Arkeolog dari BRIN Kantor Arkeologi Sumatera Utara, Stanov.
Uniknya di titik penggalian ini, Stanov juga menemukan koral dan cangkang-cangkang kerang. Stanov menduga dahulu lokasi ini dekat dengan ekosistem laut.
"Mungkin ada aliran yang menyebabkan koral-koral ini tersedimentasi. Ini temuan yang sangat menarik, tapi untuk analisis lebih lanjut tentu butuh analisa dari pakar geologi," jelas Stanov.
Deddy menjelaskan lagi, di titik penggalian delapan arkeolog mendapat temuan yang tak kalah beragam. Tak hanya ekofak berupa getah damar, peninggalan dari dunia Islam seperti fragmen botol kaca dan tembikar berglasir dari Timur Tengah juga ditemukan. Ada juga menemukan tembikar khas Asia Tenggara. Temuan temuan ini didapatkan mulai dari kedalaman 200 cm hingga 250 cm.
"Kaca botol dengan berbagai jenis warna mulai dari bening, kebiru-biruan, kehijau-hijauan, hingga biru tua, yang mana kaca-kaca ini merupakan produksi dari dunia Islam," kata Deddy.
Dari lokasi penggalian ini, Deddy juga menemukan kayu-kayu. Pada kedalaman yang sama yakni spit 9 hingga 10 atau sekitar 225 cm hingga 250 cm, Deddy menemukan tali ijuk, baik yang sudah dipilin ataupun yang belum dipilin.
Baca juga: Rumah Peninggalan Nenek Moyang Berteknologi Anti Gempa
Menurut Deddy, dari identifikasi awal, kayu-kayu tersebut merupakan pondasi ataupun kerangka bangunan. Sementara, keberadaan tali ijuk membuktikan ada kegiatan atau aktivitas manusia pada masa itu.
"Berdasarkan temuan yang didapatkan tim hingga hari keenam di titik penggalian delapan kawasan ini diidentifikasikan awal sebagai tempat atau area hunian," jelas Deddy.