Perpustakaan Era Kekalifahan Abbasiyah Jadi Tempat Cendekiawan Berbagai Agama

Sejarah  
Gambar ilustrasi era kekalifahan. Foto: Islambook.net/ca
Gambar ilustrasi era kekalifahan. Foto: Islambook.net/ca

Umat Islam di masa lalu tidak hanya sibuk dengan ibadah mahdhah tetapi juga sibuk mempelajari ilmu pengetahuan umum atau sains. Sebabagai contoh di masa Khalifah Harun al-Rashid dan anaknya menjadi pemimpin Kekalifahan Abbasiyah, mereka sangat menaruh perhatian terhadap perpustakaan yang menjadi sumber ilmu pengetahuan pada masa itu.

Sehingga di masa anak Khalifah Harun al-Rashid dikenal sebagai masa keemasan Islam (The Golden Age of Islam). Di masa ini para filsuf, ilmuwan dan insinyur dari Dunia Islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan.

Dalam artikel berjudul Libraries of the Muslim World (859-2000) yang ditulis Zakaria Virk dan dipublikasikan laman Muslim Heritage. Dijelaskan bahwa perpustakaan Baytul Hikma Rumah Kebijaksanaan didirikan oleh Khalifah Harun al-Rashid yang memerintah tahun 786-809 M. Perpustakaan ini mencapai puncaknya saat putra Khalifah Harun al-Rashid yakni Khalifah al-Mamun memerintah pada 813-833 M.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Khalifah al-Mamun dipercaya membawa banyak cendekiawan terkenal untuk berbagi informasi, gagasan, dan budaya di Rumah Kebijaksanaan.

Perpustakaan yang berbasis di Baghdad dari abad ke-9 hingga ke-13 ini memperbolehkan cendekiawan Muslim, Hindu, Yahudi dan Kristen belajar di sana. Mereka menerjemahkan buku-buku ke dalam bahasa Arab dan melestarikannya. Para sarjana di Rumah Kebijaksanaan membuat banyak karya luar biasa dan berkontribusi di berbagai bidang.

Baca juga: Perpustakaan Tertua Lahir di Dunia Muslim

Rumah Kebijaksanaan terdiri dari perpustakaan, biro terjemahan, observatorium, ruang baca, tempat tinggal para ilmuwan dan gedung administrasi. Salah satu ulama yang pernah dipekerjakan di sana adalah Elan al-Sha'oobi, di bawah pengawasannya banyak naskah kuno disalin. Sementara, Abu Sahal dan Abu al-Fazal bin Naubakht mengemban tugas memperluas dan memperkaya perpustakaan.

Menteri Yahya bin Khalid Barmaki mengundang para cendekiawan Hindu dan menerjemahkan buku-buku Sanskerta ke dalam bahasa Arab. Karena Yahya Barmaki adalah orang Iran, dia memiliki banyak buku Persia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Abu Sahal dan Abu al-Fazal.

Ketika Khalifah Harun al-Rashid mendapat buku-buku dari petualangannya di Roma dan Amudiyya, dia memerintahkan Dokter Yohanna ma-Sawiyya untuk menerjemahkan karya-karya Yunani ini ke dalam bahasa Arab. Khalifah Harun juga mengirim utusan ke berbagai negara untuk membeli buku. Dia memperoleh manuskrip langka dalam bahasa Arab, Sanskerta, Zend-Avista, Persia, Suryani, dan Koptik yang dibayar dengan harga tinggi untuk setiap bukunya.

Baca juga: Terusirnya Portugis dan Munculnya Kerajaan Islam Pertama di Ende

Para cendekiawan dan penerjemah terkenal di biro terjemahan Rumah Kebijaksanaan juga dibayar dengan gaji yang besar. Di antara mereka ada pemuka agama Hindu, Kristen, Yahudi dan Persia.

Setelah Harun wafat, Khalifah al-Mamun membeli manuskrip langka untuk perpustakaan Rumah Kebijaksanaan. Dia membeli puisi dari era pra-Islam, eulogi, dokumen pemerintah, surat dan perjanjian antar negara. Misalnya dokumen perjanjian pembayaran pinjaman yang ditandatangani oleh Abdul Muttalib bin Hashim kakek dari Nabi Muhammad SAW.

Khalifah Mamun meminta penguasa Sisilia untuk mengirim semua buku yang ada di rumah kosong di sebuah pulau yang tidak boleh dikunjungi oleh siapapun. Setelah menerima buku-buku itu, Khalifah Mamun memberikan harta tersebut kepada Direktur Perpustakaan Sahal bin Harun untuk diterjemahkan.

Baca juga: Jejak Bangsawan Muslim di Era Kerajaan Majapahit

Ketika Khalifah Mamun menang dalam perang melawan Bizantium, dalam perjanjian damai dia menetapkan bahwa manuskrip Yunani tertentu dikirim ke Baghdad. Untuk mencapai tujuan ini, ahli matematika dan penerjemah al-Hajjaj Ibnu Yusuf bin Matar dipilih untuk membawa harta tersebut ke Rumah Kebijaksanaan di Baghdad.

Orang-orang yang berasal dari agama yang berbeda seperti Islam, Parsi, Kristen, Yahudi dan Hindu dipekerjakan di Rumah Kebijaksanaan. Mereka adalah sutradara, penulis, penerjemah, astronom, ilmuan, dan pengikat buku. Ada juga ahli teologi, aljabar, geometri, fisika, biologi, kedokteran dan logika.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

0

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image