Kisah Rumah ODGJ Bertahan di Tengah Badai Pandemi

News  
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Yayasan Jamrud Biru, Rabu (2/2/2022). Foto: Azahri
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Yayasan Jamrud Biru, Rabu (2/2/2022). Foto: Azahri

Sebuah ruangan dipadati orang-orang berbaju biru. Mereka menampakkan wajah nanar, sebagian terlihat bingung dan linglung. Sementara terdengar riuh percakapan yang tidak jelas. Mereka saling bicara, tapi entah dengan siapa, dan ke mana arahnya. Ada yang tertawa, tersenyum, ada pula yang melamun dengan tatapan kosong.

Dalam ruangan semi-terbuka itu dipenuhi orang-orang yang kehilangan akal sehat atau disebut Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Bertempat di Jalan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi berdiri sebuah yayasan bernama Yayasan Jamrud Biru. Di tempat inilah, para ODGJ dirawat dan diberi kehidupan yang lebih layak.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sejak tahun 2009, Yayasan Jamrud Biru telah menjadi rumah bagi para pasien dengan masalah kejiwaan. Saat ini terdapat 160 pasien gangguan jiwa dirawat di tempat ini. Yayasan Jamrud Biru adalah panti sosial yang dikelola swadaya. Berdirinya yayasan ini tidak bisa dilepaskan dari peran Suhartono, lelaki yang lahir di Bekasi 43 tahun lalu.

"Saya terdorong membantu mereka para pasien karena rasa kemanusiaan," kata Pengelola sekaligus Pendiri Yayasan Jamrud Biru, Suhartono saat diwawancarai Azahri, pekan lalu.

Dalam merawat pasien, Suhartono dibantu oleh 28 orang pekerja lainnya. Setiap hari, seluruh pasien diberi makan sebanyak empat kali. Mereka diobati melalui metode tradisional, seperti pijat saraf, totok, pemberian ramuan jamu, vitamin, hingga siraman rohani. Semua aktivitas di tempat ini terjadwal rapi dengan pekerja dan para terapis yang terampil.

Baca juga: Filosofi Semar dan Kisah Umar bin Khattab

Mayoritas pasien penghuni yayasan ini memiliki gangguan Skizofrenia hingga halusinasi. Penyebabnya bervariasi, mulai dari efek perisakan (bullying), masalah keluarga, ekonomi, sampai pengaruh obat-obatan. Setiap pasien memerlukan waktu kesembuhan yang berbeda-beda, bergantung pada tingkat penyakit yang diderita.

Selama 13 tahun, para pengurus Yayasan Jamrud Biru jatuh bangun mempertahankan eksistensinya. Stigma, minimnya dukungan, dan sulitnya finansial datang silih berganti.

"Kalau disuruh nangis mungkin air mata kami sudah kering, saya pernah menjual motor demi beli beras buat makan para pasien (ODGJ)," ujar Suhartono sambil menahan tangis.

Saat pandemi Covid-19 menghantam, situasi pun semakin sulit. Sekuat tenaga para pengurus yayasan bertahan meski dengan pendanaan yang minim. Tidak jarang mereka menjual barang-barang berharga milik pengurus demi mendapatkan uang. Ini dilakukan lantaran Yayasan Jamrud Biru tidak memiliki donatur tetap. Namun kondisi ini tidak menyurutkan semangat mereka.

Baca juga:

Rumah Peninggalan Nenek Moyang Berteknologi Anti Gempa

Memang ada bantuan mengalir dari komunitas dan ibu-ibu pengajian, sehingga membuat Yayasan Jamrud Biru bernafas sedikit lebih panjang.

Meski dikelola secara swadaya, wabah Covid-19 tidak lantas membuat pengurus Yayasan Jamrud Biru mengibarkan bendera putih. Mereka secara simultan mengecek kondisi kesehatan para pasien.

Sejak pagebluk menyapu, para tamu pun dibatasi, protokol kesehatan tidak lupa dijalankan. Bahkan seluruh penghuni yayasan telah divaksin sebanyak dua kali.

Menurut Yayasan Jamrud Biru, di masa-masa seperti ini, sokongan dari pemerintah malah tidak optimal, hal ini dirasakan oleh para pengurus yayasan.

"Selama pandemi ini, pemerintah cuma kirim sembako, itu pun juga beberapa kali aja," kata Sugito, salah satu pengurus yayasan.

Baca juga: Mengkaji Makna Spiritual Pada Tokoh Semar Dalam Wayang

Bahkan tempat yayasan ini berdiri statusnya masih mengontrak. Sehingga mereka kerap berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Padahal keberadaan yayasan semacam Jamrud Biru dianggap oase di tengah minimnya layanan fasilitas kesehatan bagi orang-orang dengan gangguan jiwa di Indonesia. Yayasan Jamrud Biru telah menjadi partner pemerintah dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan mental di Indonesia.

Reporter : Azahri / Editor : Fuji EP

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

0

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image