Mengupas Sejarah Kain di Indonesia
Membahas dunia sejarah memang selalu menarik untuk dipelajari. Hal ini tak terkecuali ketika menelisik mengenai sejarah kain di Nusantara.
Robert Cribb dan Audrey Kahin dalam buku Kamus Sejarah Indonesia mengungkapkan, kain tertua di Kepulauan Indonesia dibuat dari kayu. Dari bahan ini diubah menjadi lembaran kain. Kain-kain jenis ini masih bisa ditemukan di sebagian wilayah Kalimantan, Sulawesi, Seram dan Papua.
Keberadaan kain juga tidak lepas dengan kedatangan kapas di Indonesia. Hal ini membuat kegiatan menenun menjadi aktivitas penting di sebagian wilayah Indonesia. Pasalnya, kegiatan ini menjadi simbol kreasi dan pekerjaan khusus dari perempuan kala itu.
Menurut Robert dan Audrey, banyak kebudayaan tradisional Nusantara menggunakan kain ritual. Satu di antaranya seperti kain tapis di Lampung yang cukup terkenal. Kain ini dalam kebudayaan setempat ditunjukkan untuk merayakan kedewasaan
Sekitar abad ke-14, kain katun di India tiba di Indonesia dalam jumlah besar. Bersamaan dengan hal tersebut, sutra Cina juga hadir di negeri ini dengan jumlah kecil. Bahan-bahan kain ini ternyata berfungsi untuk membayar rempah-rempah yang dibeli di Nusantara.
Sarung merupakan salah satu hasil dari produksi kain di Indonesia. Sarung menjadi pakaian umum meskipun penenunan lokal terus dilanjutkan di banyak daerah. Selain itu, kain halus seperti songket Sumatera Islam, yang terbuat dari helaian emas dan peraknya, juga terus diproduksi di Nusantara.
Lalu pada abad ke-20, banyaknya kain Jepang yang menembus pasar Indonesia menyebabkan pemerintah kolonial menetapkan kuota pada 1930-an. Situasi ini mendorong perluasan produksi domestik yang didominasi oleh para pengusaha pribumi seperti A. M Dasaad. Namun beberapa tahun kemudian, mayoritas industri kain berada dalam kuasa pengusaha Cina.