Mengenal Sejarah Kertas di Indonesia
MALANG – Benda apa yang paling teman-teman gunakan saat menulis atau membaca sebuah tulisan? Tentu kertas. Lembaran putih ini sudah sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, menjadi salah satu benda yang sangat dibutuhkan untuk masyarakat umum.
Namun teman-teman apakah tahu sejarah dari kertas sendiri di Indonesia?
Robert Cribb dan Audrey Kahin dalam buku Kamus Sejarah Indonesia, mengatakan, kertas pada dasarnya diproduksi di Jawa sekitar 1200 Masehi. Produksi kertas menggunakan kulit kayu bagian dalam tanaman murbei kertas Broussonetia papyrifera (Moroceae),
Kertas yang diproduksi di Indonesia pada masa itu kemungkinan besar termasuk pengembangan dari kain tebal dari masa sebelumnya. Hal ini berarti terdapat pengaruh teknologi kertas dari Cina. Kertas pada umumnya digunakan untuk melukis dan membungkus di masa tersebut.
Di masa awal, lontar termasuk bahan yang lebih disukai untuk menjadi tempat menulis. Namun ternyata lontar tidak cocok untuk menulis lengkungan dan titik huruf Arab.
Menurut Robet dan Audrey, penggunaan kertas tumbuh sejak abad ke-14 bersamaan dengan penyebaran Islam di Indonesia. Lalu tiga abad berikutnya, kertas menjadi barang perdagangan penting untuk perusahaan-perusahaan Eropa. Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) merupakan salah satu pihak yang membangun pabrik kertas di Batavia (sekarang Jakarta).
Reiza D. Dienaputra dalam artikelnya yang berjudul “Sejarah Kertas Indonesia” mengatakan, VOC mendatangkan kertas pabrik ke Indonesia yang berasal dari sejumlah negara di Eropa. Kertas pun terus berkembang di Indonesia karena keunggulan yang dimilikinya. Bahkan, keberadan kertas mampu menyingkirkan wadah menulis dan menggambar lainnya yang lebih dahulu ada di Indonesia.
Pada kalangan Eropa, kertas merupakan wadah utama dalam kegiatan menulis mereka. Hal ini terutama dalam kegiatan resmi, kedinasan dan pemerintahan. Meskipun pengguna kertas lebih didominasi oleh orang Eropa, ini bukan berarti tidak ada pribumi yang menjadikannya sebagai wadah menulis.
Penggunaan kertas untuk kalangan pribumi lebih banyak terjadi di lingkungan kesultanan maupun kerajaan. Selain menjadi tempat menulis laporan dan kedinasan, kertas juga dijadikan sebagai wadah menulis karya sastra seperti hikayat, folklor, babad dan lain-lain.
Reiza menyebutkan, Kesultanan Banten termasuk salah satu lingkungan yang menggunakan kertas dalam setiap tulisan. Sekitar 1662 sampai 1663 terdapat sebuah naskah berbahan kertas yang bernama Sajarah Banten. Naskah anonim tersebut diperkirakan karya salah satu bangsawan Banten di lingkungan kesultanan.
Sumber:
Cribb, R. B., & Kahin, A. (2012). Kamus Sejarah Indonesia. Komunitas Bambu.
Dienaputra, R. D. (2005). SEJARAH KERTAS DI INDONESIA.
.