Sering Self-Dignosis? Ini Bahayanya Jika Anda Tetap Lakukan

Santai  
Bahaya self-dignosis (ilustrasi). Foto: www.maxpixel.com
Bahaya self-dignosis (ilustrasi). Foto: www.maxpixel.com

MALANG -- Ketika dihadapkan dalam sebuah masalah, seseorang memiliki kecenderungan untuk merasa tertekan. Kemudian akan merasa stres dan depresi ketika tidak dapat menemukan jalan keluar.

Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Putri Saraswati mengatakan, ada dua tipe individu tatkala sudah menyadari bahwa dirinya sedang depresi. Pertama, yakni orang yang menanganinya dengan cara positif seperti bercerita ke orang terdekatnya atau pergi ke tangan yang profesional. "Kedua, ada pula mereka yang malah self-diagnosis," kata Putri.

Menurut Putri, zaman informasi yang cepat seperti sekarang membuat konten-konten psikologi sering berseliweran. Hal ini termasuk terkait ciri-ciri orang stres. Situasi itu membuat seseorang cenderung melakukan self-diagnosis padahal itu bukan langkah tepat.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Putri mengatakan, self-diagnosis akan berbahaya bagi seseorang. Sebab, ketidaktahuan akan apa yang sebenarnya terjadi pada diri, membuat mereka mengikuti saran-saran dari media sosial yang bahkan keakuratannya belum jelas. Kemudian hingga akhirnya melakukan hal-hal yang tidak berkaitan bahkan berbahaya.

Setiap individu pada dasarnya mempunyai tekanan dan setiap individu memerlukannya untuk bisa belajar untuk merespon masalah. Hal ini tinggal bagaimana ia menyikapinya, dengan cara yang baik atau tidak. Jika sebuah masalah ditanggapi dengan tidak baik, maka individu akan merasa tertekan hingga stress dan depresi.

Psikolog Pusat Layanan Psikologi UMM ini menjelaskan, tidak semua orang mampu menyadari bahwa dirinya sedang depresi terutama mereka yang awam dan tidak paham. Beberapa ciri orang yang depresi yakni mereka seringkali murung dan tidak bersemangat. "Kemudian berakibat pada kurangnya tidur dan asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Auranya juga cenderung negatif," ucapnya dalam keterangan pers yang diterima Republika.

Ketika mendapati teman atau keluarga yang seperti itu, Putri menyarankan orang-orang terdekat untuk menemani dan mendengarkan keluh kesahnya. Apalagi orang depresi biasanya tidak dapat berpikir secara jernih dan cenderung berputar dalam masalah yang sedang dialami.

Putri juga berpesan agar masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan konten di media sosial. Hal ini terutama yang mengangkat tema gangguan psikologi. Sebab, hanya tenaga profesional saja yang boleh mendiagnosa apakah seseorang mengalami depresi atau tidak.

Dia juga mendorong masyarakat agar tidak mengisi pikiran dengan informasi yang negatif. Hal ini karena akan berdampak buruk dari sisi psikologis dan juga fisik. 'Lebih banyaklah untuk menyayangi diri sendiri karena hanya diri kita sendirilah yang akan menjalani hari yang panjang,” jelasnya.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image