Monash University Indonesia Sampaikan Penelitian Tingkat Mortalitas COVID-19
JAKARTA – Penelitian dari Monash University, Indonesia yang berkolaborasi dengan Oxford University Clinical Research Unit Indonesia, Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), UNDP, dan USAID Indonesia menyatakan, perlu adanya sistem alokasi sumber daya kesehatan dan distribusi kebutuhan pelayanan kesehatan esensial untuk komunitas yang rentan terhadap COVID-19 dan penyakit menular lainnya di Indonesia. Kesimpulan ini merupakan hasil dari laporan studi ekologi bertajuk “Variasi Geografis dan Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kematian COVID-19 di Tingkat Kabupaten/Kota di Indonesia”.
Dari studi ini ditemukan bahwa tingginya tingkat kematian terkait COVID-19 pada setiap kabupaten/kota dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain laju penularan COVID-19 yang lebih tinggi dan persentase populasi berusia lebih 60 tahun yang lebih banyak.
Kemudian juga dilatarbelakangi faktor prevalensi diabetes mellitus yang lebih tinggi. Selanjutnya, faktor prevalensi obesitas sentral yang lebih rendah, jumlah perawat serta bidan per populasi yang lebih rendah. Lalu faktor terakhir terkait pengeluaran per kapita yang lebih tinggi.
Associate Professor Monash University Indonesia, Henry Surendra menegaskan, temuan penelitian ini menunjukkan kerentanan terhadap kematian yang terkait dengan COVID-19 tidak hanya mencakup orang lanjut usia dan adanya komorbid. Namun juga komunitas yang tinggal di daerah dengan kejadian COVID-19 yang lebih tinggi, dengan kapasitas pelayanan kesehatan yang lebih rendah. Hal ini berarti perlu adanya sistem alokasi sumber daya kesehatan dan distribusi kebutuhan pelayanan kesehatan esensial untuk komunitas yang paling rentan terhadap COVID-19 di Indonesia.
Menurut dia, sistem alokasi sumber daya kesehatan yang baik serta distribusi kebutuhan pelayanan kesehatan esensial yang merata untuk komunitas yang paling rentan terhadap COVID-19 sangatlah dibutuhkan. Hal ini khususnya di negara dengan sistem kesehatan terdesentralisasi seperti Indonesia. “Kami berharap hasil studi kami ini dapat menjadi referensi serta masukan bagi pengambil kebijakan terkait pandemi dan potensi ancaman penyakit menular lain di waktu yang akan datang,” kata Henry dalam keterangan pers yang diterima Republika.
Di samping itu, tingkat kematian terkait COVID-19 sangat bervariasi antar-kabupaten/kota di Indonesia. Angka kematian cenderung lebih tinggi di kabupaten/kota yang terletak di provinsi-provinsi yang lebih maju seperti di Pulau Jawa dan Kalimantan. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan beberapa provinsi di Pulau Jawa dan Kalimantan sempat menjadi episentrum dari penularan COVID-19 pada saat awal pandemi.
Untuk diketahui, penelitian ini memanfaatkan data kasus dan kematian terkait COVID-19 yang tercatat dalam basis data Gugus Tugas COVID-19 Nasional, selama dua tahun pertama pandemic. Hal ini lebih tepatnya dari 1 Maret 2020 hingga 27 Februari 2022 pada 514 kabupaten/kota di Indonesia.
Selanjutnya, pihaknya berkomitmen untuk terus berkolaborasi dengan institusi dan organisasi akademik maupun non-akademik dalam melakukan penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat. “Serta dengan komunitas akademik di Indonesia dan global,” jelasnya.