Mengulik Nilai Keefektifan Tilang Elektronik di Indonesia

News  
Sejumlah pengendara berhenti mengikuti isyarat lampu lalu lintas di lokasi penerapan tilang elektronik Persimpangan Pasteur-Sukajadi, Bandung, Jawa Barat, Rabu (24/3/2021) | NOVRIAN ARBI/ANTARA FOTO
Sejumlah pengendara berhenti mengikuti isyarat lampu lalu lintas di lokasi penerapan tilang elektronik Persimpangan Pasteur-Sukajadi, Bandung, Jawa Barat, Rabu (24/3/2021) | NOVRIAN ARBI/ANTARA FOTO

MALANG -- Tilang termasuk salah satu sanksi pidana yang sangat penting dan diatur oleh undang-undang, yaitu KUHP. Terbaru, pemerintah telah melaksanakan penyederhanaan penanganan pelanggaran lalu lintas melalui Electronic Traffic Law Enforcement System (ETLE) atau tilang elektronik.

Terkait hal itu, Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nu’man Aunuh memberikan tanggapannya. Ia menilai adanya tilang elektronik ini membuat masyarakat semakin patuh berkendara. "Pun dengan upaya mengurangi interaksi dalam proses penilangan, sehingga dapat menekan angka pungli di lapangan," kata Nu'mah.

Menurut dia, kebijakan tilang elektronik memberikan dampak positif, baik masyarakat maupun kepolisian. Masyarakat menjadi disiplin dan patuh ketika berkendara. Sementara itu, pihak kepolisian tidak memiliki citra buruk terkait berita pungli serta mengembalikan wibawa penegak hukum.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Nu’man juga mengatakan, pengenaan tilang elektronik dapat berjalan dengan efektif dan sejalan dengan tujuan pidana modern. Selain mencegah pelanggaran lalu lintas, tilang ini juga memberikan efek jera. Hal itu karena masyarakat akan merasa selalu diawasi melalui CCTV meskipun tidak ada polisi yang yang berjaga, baik itu di lampu merah maupun di sepanjang jalan.

Sayangnya, jika sarana dan prasarana belum memadai, maka kebijakan dan peraturan tersebut tidak akan berjalan maksimal. Kemudian harus dipahami juga bahwa teknologi tersebut perlu dibarengi dengan sistem pengawasan yang baik. "Sehingga pelanggar dari individu tidak memiliki celah untuk melanggar,” jelas Nu’man dalam keterangan pers yang diterima Republika.

Di samping, kerja sama masyarakat juga diperlukan agar tilang elektronik ini dapat berjalan efisien. Kesadaran dapat dihidupkan melalui sederet sosialisasi di berbagai platform terkait cara berkendara. Dengan kata lain, dapat melalui media sosial maupun turun langsung ke lapangan.

Ia menilai perlu waktu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan ketertiban berkendara. Menurutnya, perlu dua hingga lima tahun ke depan hingga para pengendara dapat sadar dan mawas diri saat berada di jalan. “Jika terwujud, hal ini tentu mendukung kepolisian sebagai institusi agar bisa memberikan kepastian hukum.

Di sisi lain, ada dampak negatif yang dihasilkan dengan adanya tilang elektronik. Salah satunya adalah semakin jauh jarak interaksi antara kepolisian dan masyarakat. Maka itu, harus ada upaya mendekatkan kepolisian dengan warga sehingga mereka merasa diayomi dan dilind

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image