Apa perbedaan Bilingualisme dan Diglosia?

Santai  
Masyarakat sedang berinteraksi satu sama lain di salah satu kawasan di Kota Bandung, Jawa Bara. Foto: Republika/Abdan Syakuran
Masyarakat sedang berinteraksi satu sama lain di salah satu kawasan di Kota Bandung, Jawa Bara. Foto: Republika/Abdan Syakuran

Salam literasi, teman-teman Republika!

Sosiolinguistik merupakan ilmu yang membahas bahasa-bahasa yang ada di masyarakat. Dari sejumlah bahasan, ada peristiwa bahasa yang biasa disebut bilingualisme dan diglosia. Nah, kira-kira apa perbedaan kedua istilah tersebut? Berikut Republika hadirkan pemaparan dua hal tersebut berdasarkan buku Sosiolinguistik: Perkenalan Awal karya Abdul Chaer dan Leonie Agustina.

Bilingualisme

Bilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan kedwibahasaan. Secara harfiah, bilingualisme berarti penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Adapun secara umumnya, bilingualisme berkenaan dengan penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Untuk dapat menggunakan dua bahasa, seorang penutur tentu harus menguasai dua bahasa. Dengan kata lain, bahasa pertama yang digunakan penutur adalah bahasa ibunya. Sementara itu, bahasa kedua yang dikuasai penutur dapat berupa bahasa-bahasa lain selain bahasa ibunya.

Diglosia

Diglosia merupakan istilah yang berasal dari bahasa Prancis diglossie. Istilah ini sebelumnya digunakan oleh seorang filsuf asal Prancis bernama Marcais. Istilah tersebut mulai dikenal lebih luas setelah sarjana asal Stanford University, C.A Ferguson menggunakannya dalam simposium tentang "Urbanisasi dan Bahasa-Bahasa Standar" pada 1958.

Ferguson menggunakan istilah diglosia untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat di mana terdapat dua variasi dari suatu bahasa yang hidup berdampingan dan masing-masing mempunyai peran tertentu. Diglosia juga dapat dimaknai sebagai situasi kebahasaan yang relatif stabil. Hal ini terutama selain terdapat sejumlah dialek utama dari suatu bahasa, terdapat juga dialek (ragam) lain.

Ferguson mencontohkan fenomena diglosia ketika membicarakan empat masyarakat tutur yang menggunakan bahasa masing-masing. Keempat masyarakat tutur antara lain masyarakat tutur bahasa Arab, masyarakat tutur bahasa Yunani modern, masyarakat tutur bahasa Jerman Swiss dan masyarakat tutur bahasa Kreol Haiti.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image