Wisata Sumber Jenon Malang dan Kisah Perwira Kerajaan Mataram
Ada banyak pilihan tempat wisata alam di Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim). Beberapa ada yang berbentuk mata air, air terjun, pantai dan lain-lain.
Di salah satu sudut wilayah Kabupaten Malang, terdapat wisata Sumber Jenon yang belum diketahui banyak orang. Wisata sumber mata air ini terletak di Area Sawah, Gunungronggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Jatim. Lokasinya sekitar 5,5 kilometer (km) dari Situs Ngawonggo, Dusun Nanasan, Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Jatim.
Untuk bisa tiba di Sumber Jenon, wisatawan harus menggunakan kendaraan pribadi baik mobil maupun motor. Pasalnya, tidak ada kendaraan umum seperti angkot atau bus untuk ke tempat tersebut. Ditambah lagi, area Sumber Jenon cukup pelosok di Kabupaten Malang.
Berdasarkan pengamatan Republika, Sumber Jenon memiliki nuansa yang menenangkan. Selain dilengkapi mata air, terdapat pepohonan yang melingkupi tempat tersebut sehingga membuatnya terasa sejuk. Bahkan, lokasi tersebut juga terpantau bersih dari sampah-sampah berserakan.
Pengelola Sumber Jenon, Made Saputra mengatakan, Sumber Jenon ini mulanya sebuah mata air yang dibendung untuk dibuat kolam pemandian. "Untuk wisatanya sendiri dikelola oleh BUMDES, jadi BUMDES sebagai lembaga," kata Made saat ditemui Republika di Sumber Jenon, beberapa waktu lalu.
Sumber Jenon telah dibuka sebagai tempat wisata sejak 2003 atau 2004. Saat itu, Sumber Jenon dikelola langsung oleh kepala desa setempat. Namun pengelolaan oleh kades tersebut hanya berlangsung hingga 2010 atau 2011.
Menurut Made, wisata Sumber Jenon sempat tidak aktif dari 2011 sampai 2018. Hal ini karena tidak ada pengelolaan sehingga tempatnya menjadi kotor. Selanjutnya, pengelolaan Sumber Jenon mulai diambilalih oleh BUMDES pada 2019 hingga sekarang.
Sumber Jenon pada dasarnya bukan sekadar kolam pemandian semata. Berdasarkan cerita kepala desa, Sumber Jenon memiliki keterkaitan dengan perwira kerajaan Mataram. Perwira tersebut melarikan diri ke Tajinan yang kemungkinan besar karena perang.
Setelah tiba di Tajinan, perwira tersebut mulai melakukan cocok tanam di sebelah barat Sumber Jenon. Lokasi tersebut lebih tepatnya berada di Sumber Salam. Namun sumber tersebut mati lantaran terjadi paceklik atau musim kemarau yang berkepanjangan.
Situasi tersebut menyebabkan perwira tersebut mencari sumber mata air lainnya. Dia pun mencari tempat bertapa untuk bisa menemukan sumber mata air yang baru. "Lalu keluarlah mata air di bawah pohon jenu yang jadi tempat bertapanya, itu sebuah pohon besar dan tinggi," ucap Made.
Berdasarkan cerita tersebut, mata air tersebut pun disebut Sumber Jenu. Nama tersebut lambat laun mengalami perubahan hingga menjadi Sumber Jenon pada masa sekarang. Saat ini, pohon tersebut hanya tersisa batang dan tersimpan di kedalaman delapan meter kolam air.
Selain batang pohon, di salah satu area kolam pemandian juga terlihat sejumlah ikan. Salah satu ikan yang paling ikonik dari Sumber Jenon adalah terasering. Konon, ikan tersebut hanya ditemukan di tiga lokasi di Jatim, yakni Pemandian Alam Banyu Biru di Pasuruan, Sumber Jenon di Kabupaten Malang dan Blitar.
Di samping ikan terasering, juga terdapat ikan nila, mujair dan koi. Ikan-ikan tersebut merupakan hasil pelepasan kepala desa setempat pada masa lalu. Menurut Made, ikan-ikan tersebut termasuk terasering tidak diperkenankan diambil oleh siapapun.
"Ikan itu mitosnya tidak boleh diambil. Keramat katanya. Kita juga sebagai warga mencoba melindungi. Untuk mitos kita percayai, ikan itu penunggu sini. Jadi kami tidak berani ambil risiko," jelasnya.
Meskipun terdapat ikan, sumber mata air tersebut diperbolehkan untuk dijadikan tempat mandi para pengunjung. Dia memastikan ikan-ikan tersebut tidak akan menggangu masyarakat yang tengah berenang. Apalagi ikan-ikan tersebut lebih sering berada di area kedalaman delapan meter bersama batang pohon jenu.
Dari pengamatan Republika, area kolam yang memiliki kedalaman delapan meter tidak diperkenankan untuk dijadikan tempat berenang. Sebab itu, terdapat pembatas antara area tersebut dengan kedalaman yang lebih rendah. Meskipun demikian, beberapa ikan ada yang bisa melewati pembatas tersebut untuk sekadar berenang.
Di sisi lain, Made mengungkapkan jumlah kunjungan di tempatnya tidak kunjung meningkat semenjak pandemi Covid-19. Hal ini mengakibatkan pendapatan wisata termasuk para pedagang di tempat tersebut menurun. "Jumlah pengunjung Minggu sekarang seperti Senin dulu. Kebanyakan seperti itu," kata dia.
Made berharap jumlah kunjungan ke Sumber Jenon bisa meningkat ke depannya. Wisata Sumber Jenon sendiri dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 sampai 15.00 WIB. Untuk bisa memasuki area tersebut, wisatawan cukup menyediakan biaya Rp 10 ribu per orang.
Selain bisa menyaksikan sumber air, ikan dan batang pohon, pengunjung juga dapat menikmati sejumlah makanan di tempat. Pasalnya, area tersebut menyajikan sejumlah warung dengan berbagai makanan di dalamnya. Harga yang dibanderol warung-warung tersebut juga cukup terjangkau untuk masyarakat.
Sementara itu, pengunjung asal Kabupaten Malang, Ardan mengaku senang dengan fasilitas yang disediakan wisata Sumber Jenon. Selain bisa menikmati ikon-ikon tempat wisata, dia juga bisa mendapatkan fasilitas lain yang cukup memadai. Dalam hal ini termasuk ketersediaan tempat shalat, toilet dan lain-lain.