Menyibak Asal Usul Jajanan Klepon, Si Bulat Manis yang Ngangenin
Salam literasi, teman-teman Republika!
Teman-teman Republika tentu sudah tidak asing lagu dengan kuliner klepon. Kuliner tradisional memiliki bentuk bulat yang biasanya memiliki rasa manis. Nah, kira-kira teman-teman Republika mengetahui asal usul kuliner tersebut beserta makna filosofisnya?
Pemerhati Kuliner dari Universitas Brawijaya (UB), Kota Malang, Ary Budiyanto mengatakan, selama ini klepon dianggap sebagai makanan umum di Pulau Jawa. Namun kuliner ini justru telah lama dikenal di Nusantara. "Entah sejak kapan makanan ini muncul," ucap Ary.
Di Jawa, klepon terbagi atas dua bahan yakni ubi dan beras ketan. Selain itu, klepon juga lebih sering disebut onde-onde di Malaysia. Untuk klepon hijau dikenal dengan onde-onde gula Melaka sedangkan yang berbahan ubi disebut onde-onde buah Melaka.
Menurut Ary, orang Melayu Malaysia merujuk klepon ubi berasal dari Riau. Sementara untuk gula Melaka sendiri ditunjukkan pada gula merah. "Atau orang Jawa sebut sebagai gula Jawa," jelas Ary.
Sebutan ondeh-ondeh atau onde-onde merujuk pada pelafalan dari bahasa Belanda 'ronde'. Lafal ‘r’ agak tak terdengar seperti di wedang ronde dan kue onde-onde. Oleh sebab itu, keberadaan onde-onde di Malaka dinilai wajar karena Belanda juga pernah berkuasa dari 1641 sampai 1824.
Mengenai kuliner onde-onde, Ary berpendapat, makanan tersebut terbagi atas beberapa wujud. Dalam hal ini seperti klepon, wedang ronde dan onde-onde goreng dengan isian pasta kacang-kacangan dibalur dengan wijen. "Yang dua terakhir ini (wedang ronde dan onde-onde goreng) jelas khas Cina," katanya.
Ary menilai, bahan kuliner wedang ronde memiliki kemiripan dengan pembuatan klepon. Beras ketan diwarnai, diberi isi lalu dibuat bulat lalu dimasak di air panas hingga matang. Isinya biasanya berupa campuran remah kacang-kacangan yang diberi gula. Jika ronde dari wedang diangkat dan ditaburi parutan kelapa, maka bisa menjadi klepon.
"Apakah demikian asal usulnya (dari Cina)? Bisa jadi tidak demikian, karena orang Jawa juga mengenal jajanan dari tepung beras, beras ketan, ataupun ubi dan ketela yang digoreng dan diisi gula," ungkap Ari.
Di sisi lain, Ary tak menampik, kuliner Cina banyak memberikan pengaruh terhadap kuliner Nusantara. Hal ini terlihat pada makanan kuro, bakcang, lumpia, onde-onde goreng, weci dan sebagainya. Harus diakui juga banyak pembuat dan penjual jajanan pasar berasal dari peranakan.