Hikmah

Lebih Utama Bersyukur atau Bersabar? Ini Penjelasan Imam Al-Ghazali

Sabar dan syukur
Sabar dan syukur

JAKARTA -- Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali atau yang dikenal Imam Al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin mengungkapkan pertanyaan, lebih utama orang yang bersyukur atau orang yang bersabar?

Dalam kitab yang ditulisnya, Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa ada yang berpendapat bahwa orang yang bersyukur itu lebih utama. Ini berdasarkan dalil firman Allah Ta'ala berikut ini.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

يَعْمَلُوْنَ لَهٗ مَا يَشَاۤءُ مِنْ مَّحَارِيْبَ وَتَمَاثِيْلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُوْرٍ رّٰسِيٰتٍۗ اِعْمَلُوْٓا اٰلَ دَاوٗدَ شُكْرًا ۗوَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ

. . . . . . Sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang banyak bersyukur. (QS Saba' Ayat 13)

Allah SWT menempatkan orang yang bersyukur sebagai orang-orang yang khusus dari yang khusus.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman ketika memuji Nabi Nuh Alaihissalam.

ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوْحٍۗ اِنَّهٗ كَانَ عَبْدًا شَكُوْرًا

(Wahai) keturunan orang yang Kami bawa bersama Nuh, sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (QS Al-Isra' Ayat 3)

Demikian juga dengan apa yang pernah dimohon oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam, seperti diceritakan dalam firman Allah Ta'ala.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

شَاكِرًا لِّاَنْعُمِهِ ۖاجْتَبٰىهُ وَهَدٰىهُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ

(Ibrahim) bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya (dan Allah) telah memilih serta menunjukannya ke jalan yang lurus. (QS An-Nahl Ayat 121)

Karena syukur berada pada tataran nikmat dan keselamatan (afiyah), maka ada yang mengatakan, “Kalau aku diberi nikmat, kemudian aku bersyukur, maka hal itu lebih aku sukai daripada diuji kemudian bersabar.”

Keutamaan Sabar

Tapi ada juga yang berpendapat bahwa sabar itu lebih utama, karena lebih berat untuk dihadapi. Sehingga pahalanya lebih besar dan lebih tinggi kedudukannya. Ini disandarkan pada firman Allah SWT.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِّهٖ وَلَا تَحْنَثْ ۗاِنَّا وَجَدْنٰهُ صَابِرًا ۗنِعْمَ الْعَبْدُ ۗاِنَّهٗٓ اَوَّابٌ

. . . . . . Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia selalu kembali (kepada Allah dan sangat taat). (QS Sad Ayat 44)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُلْ يٰعِبَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوْا رَبَّكُمْ ۗلِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗوَاَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةٌ ۗاِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa perhitungan. (QS Az-Zumar Ayat 10)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَكَاَيِّنْ مِّنْ نَّبِيٍّ قٰتَلَۙ مَعَهٗ رِبِّيُّوْنَ كَثِيْرٌۚ فَمَا وَهَنُوْا لِمَآ اَصَابَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَمَا ضَعُفُوْا وَمَا اسْتَكَانُوْا ۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيْنَ

. . . . . . Allah mencintai orang-orang yang sabar. (QS Ali ‘Imran Ayat 146)

Imam Al-Ghazali menjelaskan, orang yang bersyukur itu pada hakikatnya juga orang yang bersabar. Sebaliknya, orang yang bersabar itu pada hakikatnya juga orang yang bersyukur. Sebab, orang yang bersyukur dalam ujian, juga bersabar terhadap ujian itu. Sehingga dia tidak larut dalam kesedihan. Sebab, syukur itu adalah mengagungkan Sang Pemberi nikmat dalam batas yang mencegahnya dari kedurhakaan terhadap-Nya.

Sedangkan kesedihan yang berlarut-larut adalah suatu bentuk kedurhakaan (maksiat). Orang yang bersabar tidak terlepas dari nikmat, seperti yang telah kami sebutkan, bahwa kesusahan-kesusahan itu pada hakikatnya merupakan nikmat sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Jadi, pada hakikatnya jika seorang hamba itu bersabar terhadap ujian yang menimpanya, maka itu merupakan perwujudan dari rasa syukur. Sebab, ia menahan hatinya dari kesedihan yang mendalam, dengan cara mengagungkan Allah Ta'ala. Pengagungan kepada Allah itu juga yang mencegah dirinya dari berbuat durhaka kepada-Nya. Orang yang bersyukur itu juga mencegah dirinya dari kekufuran, sehingga ia mampu bersabar untuk tidak melakukan maksiat, serta bersabar dalam ketaatan. Maka, pada hakikatnya ia pun menjadi orang yang bersabar.

Dikutip dari Kitab Minhajul Abidin yang diterjemahkan Abu Hamas As-Sasaky dan diterbitkan Khatulistiwa Press 2013

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

0