BKSAP DPR RI Dorong Anggota Parlemen di ASEAN Fokus pada Isu Pertanian

News  
Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon. (Dok Istimewa)
Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon. (Dok Istimewa)

JAKARTA -- Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon mendorong para anggota parlemen di ASEAN untuk lebih fokus pada isu pertanian agar para petani dapat lebih berdaya.

Hal tersebut disampaikan Fadli pada pertemuan multipihak ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA), Badan Pangan Dunia (Food Agricultural Organization/FAO), dan International Institute Sustainable Development (IISD) dalam isu memperkuat peran parlemen untuk Panduan ASEAN dalam Memajukan Investasi Bertanggung Jawab di Pangan, Pertanian dan Kehutanan atau yang dikenal dengan ASEAN-RAI.

Fadli mengatakan, isu tani perlu menjadi fokus karena realitanya kesejahteraan petani belum terjamin sepenuhnya. Berdasarkan data BPS, penghasilan petani skala kecil saat ini berada di angka Rp 5,23 juta per tahun. Sementara petani lainnya Rp 22,9 juta per tahun.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Di sisi lain, tekanan demografi bertambah untuk penyediaan pangan, 280 juta jiwa rakyat Indonesia membutuhkan pangan tiga kali sehari, pada saat yang sama, perubahan iklim yang berpengaruh pada cuaca ekstrem dan pasokan air, mempengaruhi kondisi pertanian," kata Fadli dalam siaran pers yang diterima Rabu (24/7/2024)

Fadli yang juga Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) mengatakan, HKTI telah mendiskusikan hal tersebut pada awal tahun dan menghasilkan sejumlah catatan untuk sektor pertanian. Catatan tersebut di antaranya terkait pentingnya petani, pekebun, peternak untung hingga 30 persen.

"Nilai tukar petani kita baru 112,46 pada 2023, ini perlu ditingkatkan, dan untuk itu, pupuk, bibit, pakan ternak perlu ada,” ujarnya.

Fadli juga menyarankan perlunya sebuah UU omnibus untuk sektor pertanian mengingat saat ini legislasi dalam isu dan sektor terkait sangat beragam. Selain itu, fungsi Kementerian Pertanian perlu diperkuat dengan menggabungkan urusan lainnya yang saat ini ada di sejumlah Kementerian/Lembaga.

“Urusan pertanian perlu menjadi urusan wajib di daerah sebagai langkah afirmasi ke sektor pertanian," ujarnya.

HKTI juga menyoroti perlunya regenerasi petani agar kaum muda tertarik terjun menjadi petani. Data mencatat, petani millennial di Indonesia baru sekitar 21 persen.

"Oleh karenanya pertanian perlu dikemas menarik agar memikat anak muda. Jika tidak kita akan mengalami kelangkaan petani dalam beberapa dekade ke depan,” ujar Fadli.

Fadli mengatakan, seiring dengan terpilihnya Prabowo Subianto sebagai Presiden terpilih 2024-2029, HKTI menyambut baik sejumlah program yakni food estate, dan rencana program ke depan, seperti makanan bergizi gratis untuk siswa sekolah, swasembada pangan, energi dan air, ketersediaan bibit pupuk dan pakan ternak langsung ke petani, hingga lumbung pangan di desa, daerah dan nasional sebagai upaya substantif memperkuat politik pertanian.

“Jika berjalan dengan baik, program makanan bergizi gratis misalnya, tak hanya mengatasi stunting, tapi juga dapat menjadi sarana pemberdayaan bisnis lokal, peningkatan peran koperasi, dan peningkatan peran petani lokal,” ujarnya.

Menurutnya, beragam upaya untuk transformasi pertanian menuju agribisnis diperlukan. Oleh karenanya peningkatan investasi untuk isu pertanian, perlu dilakukan. ASEAN-RAI, menurut Fadli, dapat menjembatani upaya-upaya tersebut.

"Panduan tersebut bermanfaat mendasar tidak hanya untuk sektor-sektor pertanian tetapi juga pada tata kelola nasional. Semoga melalui forum ini, parlemen dapat secara konkret mendukung upaya penguatan iklim pendukung bagi tata kelola pertanian dan bisnis petani ke depan,” ujar Fadli.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image