News

Banyak Kasus Bunuh Diri, Indikasi Keluarga Indonesia Sedang Tidak Baik-Baik Saja

Ilustrasi: bunuh diri.
Ilustrasi: bunuh diri.

Wakil Ketua Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga (PRK) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Yuli Yasin mengatakan, fenomena anak-anak atau remaja bunuh diri tidak hanya menjadi indikasi bahwa anak-anak bermasalah, namun juga sekaligus menjadi indikasi bahwa keluarga Indonesia tidak sedang baik-baik saja.

Hal tersebut disampaikan Yuli untuk menanggapi banyaknya kasus bunuh diri di Indonesia. Untuk diketahui sejak Januari hingga 18 Oktober 2023 ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia, di antaranya ada remaja dan mahasiswa yang melakukan tindakan bunuh diri.

Belum lama ini, seorang mahasiswa ditemukan gantung diri di sebuah kos di kawasan Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Beberapa hari sebelumnya, seorang pemuda (18 tahun) asal Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, ditemukan meninggal dunia di rumahnya pada Selasa (19/12/2023).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Yuli mengatakan, jika anggota keluarga saling memenuhi kewajibannya, saling mendukung satu sama lain. Maka niscaya akan terjalin komunikasi yang baik dan tidak akan terjadi kasus bunuh diri di antara anggota keluarga.

"Bunuh diri dalam Islam sangat dilarang dan merupakan salah satu dosa besar, bahkan ada sebagian fuqaha yang mengatakan dosanya lebih besar dari membunuh orang lain, karena orang yang bunuh diri tidak lagi memiliki keyakinan bahwa Allah selalu ada untuk menolong hamba-Nya, sebesar apapun masalahnya," kata Yuli belum lama ini.

Yuli menegaskan, dalam Alquran, Surat An Nisa Ayat 29, Allah dengan tegas melarang kaum mukmin bunuh diri. Dalam beberapa hadits shahih, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa balasan orang bunuh diri adalah neraka, dan mereka akan berada dalam kondisi sebagaimana saat menghilangkan nyawanya.

Yuli mengingatkan, sebagai orang tua, selain berkewajiban menyediakan kebutuhan sandang, pangan, papan dan pendidikan, juga orang tua berkewajiban menanamkan keimanan kepada putra dan putrinya. Tanamkan keyakinan bahwa Allah pasti menolong hamba-Nya yang meminta pertolongan, bahwa Allah tidak akan memberi beban di luar kemampuan, dan ada kehidupan setelah kematian (kehidupan akhirat).

Tanamkan keyakinan kepada anak bahwa bahwa kematian bukan akhir dari kehidupan. Tapi justru menjadi awal dari kehidupan yang lain yang tergantung kualitasnya kepada perbuatan di kehidupan dunia.

"Sehingga anak-anak kita sudah memiliki landasan keimanan saat menghadapi hidup yang sedang susah-susahnya, saat depresi berat, karena berbagai tuntutan dan tekanan akademis atau sosial," ujar Yuli.

Menurut Yuli, dari beberapa kasus bunuh diri yang terjadi, tidak sedikit alasan bunuh diri karena depresi menghadapi beban akademis di luar kemampuannya. Sementara orang tua terlanjur memasang ekspektasi yang terlampau tinggi, sehingga dalam kondisi ini anak tidak bisa mendiskusikan masalahnya dengan orang tua karena khawatir membuat mereka kecewa atau bahkan marah.

Sebagai orang tua, sebaiknya memahami betul bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Sehingga tidak memaksakan keinginan kepada anak tanpa menyesuaikan kemampuan dan kecenderungan anak.

"Dengan adanya fenomena remaja bunuh diri ini, orang tua harus selalu ada untuk putra dan putrinya, mengawasi tumbuh kembangnya, mendengarkan keluh kesahnya, dan memberi motivasi, agar anak selalu percaya diri, karena ada orang tua yang selalu mendukungnya," ujar Yuli.

Yuli menjelaskan, peran ini hanya bisa dilakukan oleh orang tua yang hubungan satu sama lain terbangun harmonis melalui komunikasi yang efektif. Sehingga keduanya memiliki visi dan misi yang sama dalam membesarkan putra dan putrinya.

"Karena orang tua yang tidak harmonis alih-alih menjadi teladan dan inspirasi bagi putra dan putrinya, justru menjadi salah satu faktor pemicu anak depresi," ujar Yuli.

Yuli mengatakan bahwa mari saling mengingatkan, menjaga anak-anak dari bunuh diri adalah tanggung jawab orang tua. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surat At-Tahrim Ayat 6.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS At-tahrim Ayat 6)

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

0