Empat Macam Sabar Menurut Imam Al Ghazali
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Ath-Thusi An-Naysaburi Al-Faqih Ash-Shufi Asy-Syafi'i Al-Asy'ari atau yang dikenal sebagi Imam Al-Ghazali menjelaskan empat macam sabar dalam kitab Minhajul Abidin.
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa sifat sabar itu merupakan obat yang pahit dan minuman yang tidak disukai, namun berkah. Dengan sabar seorang hamba akan memperoleh banyak keuntungan dan terhindar dari segala mudharat.
Dengan khasiat seperti itu, orang yang berakal sehat pasti akan memaksa diri untuk meminum obat tersebut, dan rela tahan pada rasa pahitnya. Orang yang berakal yakin bahwa rasa pahit yang sebentar itu akan menghasilkan ketenangan jiwa selamanya.
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa ada empat macam sabar. Pertama, sabar dalam ibadah dan ketaatan. Kedua, sabar dari berbuat maksiat.
Ketiga, sabar dari melakukan hal-hal yang tidak berguna dan berlebihan di dunia. Keempat, sabar dalam menghadapi ujian dan musibah.
Imam Al-Ghazali menegaskan, jika kamu bisa menahan pahitnya ujian hidup dan mampu bersabar dengan empat macam kesabaran tersebut, niscaya kamu akan memperoleh karunia berupa ketabahan, istiqamah, serta karunia yang lebih besar di akhirat nanti. Kamu juga akan selamat dari beragam tindakan maksiat, beserta bencana yang akan didapatkan jika kamu bermaksiat, baik di dunia maupun di akhirat.
Hasil positif lainnya dari bersabar adalah kamu tidak akan terjerembab dalam urusan dunia yang tidak bermanfaat, serta tidak tenggelam dalam dosa yang merugikan.
Tidak terbayangkan banyaknya pahala yang akan diperoleh dari sikap sabar atas ujian yang menimpa kita itu, dan atas apa yang hilang dari sisi kita.
Sikap sabar akan membuat kita mampu meraih lezatnya ibadah, kemuliaan, ketakwaan, kezuhudan, kebajikan, dan selamat dari dosa. Rincian dari manfaat dan keutamaan sabar itu tidak diketahui selain oleh Allah Azza wa Jalla.
Dilansir dari Kitab Minhajul Abidin yang diterjemahkan Abu Hamas As-Sasaky dan diterbitkan Khatulistiwa Press 2013, Imam Al-Ghazali menjelaskan, seorang yang sabar akan tetap selamat di dunia dari kebingungan, kegelisahan, kesal, dan ratap tangis kesedihan. Juga selamat dari hukuman dan siksa di akhirat kelak. Sedang mereka yang justeru menunjukkan sikap lalai, gelisah dan tidak sabar, maka akan lenyap seluruh manfaat sabar itu darinya, dan ia akan menghadapi berbagai kerusakan dan kerugian.
Jika seseorang tidak istiqamah dalam ibadah dan ketaatan kepada Allah, ia tidak akan dapat menyembah Allah secara benar. Jika seseorang tidak bersabar dalam upayanya melindungi pengabdiannya, maka ibadahnya bisa rusak. Jika seseorang tidak sabar dalam beribadah secara teratur, maka ia tidak akan dapat mencapai derajat taat yang paling tinggi.