Dua Musibah Besar Menimpa Orang Suka Pamer

Hikmah  
Teladan Imam Al-Ghazali. Dok: Republika
Teladan Imam Al-Ghazali. Dok: Republika

Imam Al-Ghazali nama aslinya Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin menjelaskan bahwa riya artinya pamer kepada orang lain. Menurut Imam Al-Ghazali, orang suka pamer selain mendapat dua aib, juga mendapat dua msibah besar.

Imam Al-Ghazali menjelaskan, perbuatan riya atau pamer juga menyebabkan dua musibah besar bagi pelakunya. Musibah pertama adalah terlepasnya surga.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW mengatakan, "Surga dapat berbicara dengan mengatakan aku (surga) diharamkan terhadap setiap orang yang pelit dan bersikap riya."

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Hadits di atas mengandung dua makna, pelit dalam hadits itu adalah orang yang pelit dari mengucapkan sebaik-baiknya perkataan, yaitu Lailahaillallah Muhammadar Rasulullah. Sementara, yang dimaksud riya adalah orang yang bersikap riya dengan seburuk-buruk riya. Yaitu orang munafik yang memperlihatkan iman dan tauhidnya, namun hatinya berdusta.

Sedangkan makna kedua, jika seseorang tidak berhenti dari bersikap pelit dan riya serta tidak mengendalikan nafsunya. Maka akan terjadi dua bahaya padanya, yaitu ia terkena dampak buruk dari sikapnya itu sehingga ia akan terjatuh dalam kekufuran dan juga akan terlepas dari surga secara langsung.

Dampak yang lainnya dari sikap riya adalah dicabutnya keimanan dari hati orang itu. Karenanya ia berhak masuk ke dalam neraka.

Imam Al-Ghazali menjelaskan, musibah kedua orang yang riya adalah akan dimasukkan ke dalam neraka.

Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, "Orang yang pertama kali dipanggil pada hari kiamat kelak adalah para qori (pembaca Alquran), orang yang telah berperang dan mati syahid di jalan Allah, serta orang yang memiliki banyak harta (kaya raya)."

Kemudian Allah Azza wa Jalla bertanya kepada sang qori, "Bukankah Aku (Allah) telah mengajarkan kepadamu apa yang Aku turunkan kepada Rasul-ku." Qori menjawab, "Benar wahai Rabb-ku."

Allah SWT bertanya kembali, "Apa yang kau lakukan dengan apa yang telah Aku berikan kepadamu." Qori menjawab, "Aku membacanya di tengah malam dan siang hari."

Kemudian Allah SWT berfirman, "Dusta engkau." Malaikat pun ikut mengatakan, "Engkau pendusta."

Kemudian Allah berfirman, "Sebenarnya engkau ingin dipuji sebagai orang yang alim dan ahli membaca Alquran dan engkau sudah mendapatkan apa yang kau harapkan."

Allah Ta'ala bertanya kepada orang yang kaya raya, "Bukankah Aku telah memberi banyak harta dan kekayaan yang membuatmu terbebas dari kekurangan." Orang kaya itu menjawab, "Benar Wahai Tuhanku."

Allah SWT bertanya lagi, "Apa yang kau perbuat dengan apa yang telah Aku berikan kepadamu itu." Orang kaya itu menjawab, "Aku telah menyambung hubungan kekeluargaan dan bersedekah."

Kemudian Allah SWT berfirman, "Dusta engkau." Malaikat pun ikut mengatakan, "Engkau pendusta.

Kemudian Allah berfirman, "Engkau sebenarnya ingin dipuji sebagai dermawan dan engkau telah mendapatkan sebutan itu."

Kemudian didatangkan orang yang mati syahid. Allah bertanya kepadanya, "Apa yang kau lakukan di dunia?" Orang yang mati syahid menjawab, "Aku diperintah untuk jihad di jalan-Mu maka aku pun berperang dan terbunuh."

Allah berfirman, "Dusta engkau." Malaikat ikut mengatakan, " Engkau pendusta."

Allah berfirman, "Sebenarnya kamu ingin dikatakan pemberani dan heroik. Itu telah engkau dapatkan."

Abu Hurairah mengatakan, kemudian Rasulullah SAW menutup kedua lututku dengan tangan beliau. Beliau bersabda, "Abu Hurairah mereka itu adalah makhluk Allah yang pertama kali merasakan panasnya api neraka."

Abdullah bin Abbas mengatakan, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya api neraka dan penghuninya itu menjerit-jerit disebabkan orang yang riya." Kemudian beliau ditanya, "Wahai Rasulullah bagaimana cara api neraka itu menjerit." Nabi Muhammad SAW menjawab, "Mereka menjerit akibat panasnya api neraka yang digunakan untuk menyiksa orang yang riya itu."

Lihat betapa berat musibah yang harus diterima oleh orang yang gemar pamer di dunia dan hanya orang yang tajam pandangannya saja yang bisa mengambil pelajaran darinya. Hal ini dijelaskan Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin yang diterjemahkan Abu Hamas As-Sasaky dan diterbitkan Khatulistiwa Press 2013.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

0

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image