Pentingnya Penerapan Teknologi Digital Untuk Museum

News  
Museum Sumpah Pemuda, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (28/10). Foto: Prayogi/Republika
Museum Sumpah Pemuda, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (28/10). Foto: Prayogi/Republika

Museum dan sektor budaya merupakan salah satu bagian vital yang terdampak akibat pandemi Covid-19. Akan tetapi, pandemi bisa menjadi pemicu inovasi penting dalam meningkatkan fokus pada cara baru pengalaman dan penyebaran wawasan budaya.

Banyak museum telah mengadaptasi kegiatan dengan membuat format virtual, merilis data dan gambar dengan resolusi tinggi berlisensi bebas. Misalnya, Wikimedia Indonesia beserta afiliasi dan kelompok penggunanya di seluruh dunia memberikan dorongan untuk mendukung inisiatif beberapa pendekatan lewat teknologi dan proyeksinya seperti Wikipedia dan Wikidata.

Dosen dan peneliti dalam bidang kecerdasan artifisial dan knowledge graphs dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI), Dr Fariz Darari, menjelaskan tentang penerapan aplikasi teknologi di Museum. Menurutnya, jika dunia tanpa pelestarian budaya ibarat gambar atau lukisan tanpa warna. Pelestarian budaya museum ini bisa menjadi sebuah identitas penting suatu negara.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Berdasarkan data yang diperolehnya, Fariz mengungkapkan, kekayaan warisan budaya Indonesia itu mencapai 3.259 jenis macam kuliner, 724 bahasa, 1.331 suku, 175 arsitektur rumah, dan 1592 tarian.

"Pentingnya ketersediaan data tentang museum, terutama data yang bersifat terstruktur, akan memudahkan pembuatan aplikasi teknologi informasi dan kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI) tentang warisan budaya dan museum," kata Fariz, dilansir dari laman Resmi Fakultas Ilmu Komputer UI, Kamis (30/6/2022).

Ia mengatakan, studi kasusnya ketika ada negara yang mencoba mengklaim warisan budaya Indonesia. Maka Indonesia sudah siap dengan data warisan budaya yang sudah dikumpulkan, untuk dapat menegasi klaim itu.

"Sebagai contoh, bagaimana cara melestarikan rendang secara digital, artinya ini sangat terkait sekali dengan upaya memuseumkan makanan di Indonesia. Dalam konteks ini kita bisa membuat e-book atau artikel online, fotografi, konten video (Youtube), atau penstrukturan data, sehingga warisan budaya akan lebih terjaga," ujar Dr Fariz.

Ia menjelaskan, bagaimana dengan data yang tidak terstruktur atau bersifat tekstual, contohnya pada Wikipedia. Data tidak terstruktur ini juga merupakan suatu upaya dalam pelestarian budaya, hanya saja memang datanya lebih bersifat untuk dikonsumsi manusia dan tidak oleh mesin atau komputer.

Upaya untuk penyediaan data terstruktur terkait warisan budaya dan museum dapat dilakukan pada Wikidata yang dapat diakses dan disunting oleh siapa saja. Memang diperlukan kolaborasi baik dari penyediaan data tidak terstruktur serta data terstruktur untuk bahu-membahu mendukung upaya memuseumkan suatu data atau informasi mengenai budaya. Sehingga selanjutnya dapat dipakai dalam aplikasi teknologi atau kecerdasan artifisial.

Dr Fariz juga memberikan contoh konkret pemanfaatan data museum dengan mengakses salah satu website museum internasional. Misalnya metmuseum.org yang merupakan museum seni dan budaya terbesar di Amerika Serikat (AS).

“Kita bisa inspect element imagenya lalu kita unduh dan guna ulang karya-karya seniman zaman dahulu dengan catatan yang sudah berlisensi bebas, lalu kita kaitkan dengan sektor industri kreatif seperti kita print atau desain pada baju untuk dipasarkan secara komersial, bisa saja itu merupakan salah satu contoh pelestarian warisan budaya," jelasnya.

Ia menambahkan, bahkan situs website museum-museum itu bisa dibuka datanya melalui suatu Application Programming Interface (API) agar lebih memudahkan pengembang atau developer dalam membuat aplikasi-aplikasi museum yang lebih kreatif dan inovatif.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

0

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image